Kamis, 01 November 2012

Sang Kerisauan

Mentari bersinar terik. Secercah harapan setidaknya yang ia harapkan. Iya, pemuda ini memang sudah lama ingin merasakan udara yang hingga kini belum ia rasakan. Menyebalkan memang terlebih sejak kehidupannya sebagai mahasiswa baru. Tugas, laporan serta beberapa presentasi merupakan hal yang begitu biasa baginya kini. Namun, tidak untuk hari ini. Ia melepaskan seluruh penatnya sebelum akhirnya berkutat kembali dengan dunia pekerjaan.

"Geo, bisa bantu bentar?'

Sebuah suara menyerukan namanya. Suara itu begitu familiar. Ia pun menoleh. Seketika ia melihat sang sepupu dengan sempurna berdiri di depannya sembari memegang satu perkakas di sampingnya. Ia mendekat. Tak ada volume sedikit pun yang terdengar sekarang sampai sang sepupulah yang bersuara. "Kau bisa pegangkan ini sebentar?" senyum usil itu tiba. Pemuda dengan nama lengkap Geo Sarvola ini hanya membantu sampai selesai.

"Sudah kan?" ia menatap anak itu dengan penuh tanya.

Sepupunya itu mengangguk, ia pun bertolak sila dari peraduan sang sepupu.

Langkahnya cepat menuju kamar. Ada sesuatu yang perlu ia lakukan dengan handphonenya. Iya, dia wajib mengirim pesan singkat, namun ternyata ia kalah langkah. Sebuah sms masuk dengan dering yang begitu kentara. Ia pun bergegas mengambilnya, membaca lalu menulis balasan. Dengan kaos yang sedang dipakainya ia pun menghidupkan motor besarnya.

Baru setengah perjalanan, sebuah deringan terdengar lagi. Ia pun mengangkat.

"Sabar. Aku sedang di jalan." suaranya memelas.

"Oke. Tapi cepat, aku sendirian." suara sahabatnya terdengar berbeda. Sedikit bergeming dan terdengar seperti ketakutan. Ia pun menutup telpon genggamnya dan mempercepat kecepatan volumenya. Ia pun segera memarkirkan kendaraannya. Berlari menuju ke kamar sahabatnya.

"Hayrel!" suaranya bergema.

Berbanding terbalik dengan temannya yang tadi menelponnya. Betapa terkejutnya sang pemuda saat melihat sahabat karibnya itu sudah terkujur lesu. Aliran darah mencuat dengan derasnya. "Apa yang kau lakukan?" desaknya. Ia pun menolong sahabatnya itu.

"Aku 'macet' dengan ide untuk tugas itu. Aku mohon bantuanmu."

Geo menghela nafas. Ia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan sahabat dekatnya itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar