Selasa, 06 November 2012

The Space

Jemarinya mengetuk ujung meja. Sesekali ia menoleh ke luar jendela. Hari ini. Tepat ketika dirinya merasakan apa yang namanya persahabatan. Namun, semuanya terpisah oleh jarak. Jarinya sesekali memainkan tutup pena yang tergeletak di dekatnya. Jam berdetang sebanyak delapan kali. Pertanda sudah jam delapan pagi. Sedangkan dirinya masih sibuk dengan lamunan yang entah sudah terbang kemana. Ia mengerjap sesekali, merasakan kepegalan yang seketika mendera.

"Hezel!"

Sebuah suara terdengar lantang. Ia menoleh, mendapati sosok Hazal yang sudah berdiri di depan ambang pintu. Hazal, lelaki yang selalu menutupi kakinya dengan sarung, menatapnya pekat. Hezel tak bersuara. Hanya diam saat Hazal masuk ke dalam kamarnya. "Bersiaplah. Kita akan jalan-jalan!" Hazal bersuara. Lelaki itu segera memilah-milah pakaian yang cocok untuknya. "Memangnya mau kemana?" balas sang dara. Hazal tak mengeluarkan satu kata pun. Hanya pergi begitu saja. Hezel pun mengenakan pakaian yang sudah dipilih oleh temannya itu.

Mereka pun melangkah.

Melewati beberapa rumah. "Hezel, aku ada yang ketinggalan...." suara Hazal terdengar lagi. "Kau duluan saja." Memberi perintah kepada sang bocah perempuan. Hezel hanya melangkah. Namun, seseorang menarik tangannya. Entah dirinya tak mengenal sosok itu. "Kau disini ternyata!" sosok itu segera berubah. Menjadi sosok lain yang menyeramkan. Hezel berlari secepat mungkin, namun sia-sia. Tak ada yang bisa menyelesaikan kecuali bantuan. Tiba-tiba si Hazal berdiri di depannya. Tanpa sarung seperti biasa. "Manticore with me." Suara Hazal lantang. Hazal segera mengajak dirinya pergi. Sesekali mereka melempari makhluk aneh itu dengan bebatuan.

Ia pun menoleh ke belakang.

Tak ada siapapun, namun perhatiannya teralih ke Hazal. "Kok tidak pake sarung?" tanya dara. "Aku ini satirmu, pelindungmu. Maaf aku menyembunyikannya." balas Hazal sembari tersenyum. Mereka pun melanjutkan perjalanan.

"Tadi makhluk apa?" sang putri kecil bertanya lagi. "Oh itu Manticore. Kau ini anak dari Dewi." cerita Hazal. Mereka pun bergerak lebih cepat. Menaiki mobil yang ada sampai ke suatu tujuan. "Bersiaplah menjadi demigod dan menuju perkemahan." senyum Hazal mengembang.

"Apa?"tanyanya lagi.

"Iya, jarak antara kau dan ibu Dewimulah yang membuatnya seperti sekarang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar