Jemarinya mengetuk ujung meja. Sesekali ia menoleh ke luar jendela. Hari
ini. Tepat ketika dirinya merasakan apa yang namanya persahabatan.
Namun, semuanya terpisah oleh jarak. Jarinya sesekali memainkan tutup
pena yang tergeletak di dekatnya. Jam berdetang sebanyak delapan kali.
Pertanda sudah jam delapan pagi. Sedangkan dirinya masih sibuk dengan
lamunan yang entah sudah terbang kemana. Ia mengerjap sesekali,
merasakan kepegalan yang seketika mendera.
"Hezel!"
Sebuah
suara terdengar lantang. Ia menoleh, mendapati sosok Hazal yang sudah
berdiri di depan ambang pintu. Hazal, lelaki yang selalu menutupi
kakinya dengan sarung, menatapnya pekat. Hezel tak bersuara. Hanya diam
saat Hazal masuk ke dalam kamarnya. "Bersiaplah. Kita akan jalan-jalan!"
Hazal bersuara. Lelaki itu segera memilah-milah pakaian yang cocok
untuknya. "Memangnya mau kemana?" balas sang dara. Hazal tak
mengeluarkan satu kata pun. Hanya pergi begitu saja. Hezel pun
mengenakan pakaian yang sudah dipilih oleh temannya itu.
Mereka
pun melangkah.
Melewati beberapa rumah. "Hezel, aku ada yang
ketinggalan...." suara Hazal terdengar lagi. "Kau duluan saja." Memberi
perintah kepada sang bocah perempuan. Hezel hanya melangkah. Namun,
seseorang menarik tangannya. Entah dirinya tak mengenal sosok itu. "Kau
disini ternyata!" sosok itu segera berubah. Menjadi sosok lain yang
menyeramkan. Hezel berlari secepat mungkin, namun sia-sia. Tak ada yang
bisa menyelesaikan kecuali bantuan. Tiba-tiba si Hazal berdiri di
depannya. Tanpa sarung seperti biasa. "Manticore with me." Suara Hazal
lantang. Hazal segera mengajak dirinya pergi. Sesekali mereka melempari
makhluk aneh itu dengan bebatuan.
Ia pun menoleh ke belakang.
Tak
ada siapapun, namun perhatiannya teralih ke Hazal. "Kok tidak pake
sarung?" tanya dara. "Aku ini satirmu, pelindungmu. Maaf aku
menyembunyikannya." balas Hazal sembari tersenyum. Mereka pun
melanjutkan perjalanan.
"Tadi makhluk apa?" sang putri kecil
bertanya lagi. "Oh itu Manticore. Kau ini anak dari Dewi." cerita Hazal.
Mereka pun bergerak lebih cepat. Menaiki mobil yang ada sampai ke suatu
tujuan. "Bersiaplah menjadi demigod dan menuju perkemahan." senyum
Hazal mengembang.
"Apa?"tanyanya lagi.
"Iya, jarak antara kau dan ibu Dewimulah yang membuatnya seperti sekarang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar